Menjelang wafatnya Rasulullah saw, ada dua
malaikat yang menghadap beliau, yakni malaikat maut dan malaikat Jibril.
Malaikat maut datang untuk berkunjung sekaligus
mencabut nyawa Rasulullah saw atas perintah Allah SWT. Sedangkan malaikat
Jibril datang untuk memberi dua kabar gembira kepada Rasulullah saw.
Kabar gembira pertama adalah tentang nikmat yang
menggembirakan di sisi Allah SWT yang diperoleh Rasulullah saw setelah beliau
wafat.
Dinyatakan oleh Jibril as bahwa pintu-pintu langit
telah dibuka, malaikat-malaikat telah berbaris siap menyambut kehadiran ruh
Rasulullah saw di langit, semua pintu surga telah dibuka, dan seluruh bidadari
telah bersiap menyambut kehadiran ruh Rasulullah saw.
Kabar gembira kedua adalah tentang keadaan umat
Rasulullah saw kelak di hari kiamat. Dijelaskan oleh Jibril as bahwa Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya semua Nabi dilarang masuk surga sebelum Rasulullah saw
masuk terlebih dahulu. Dan begitu juga umatnya, seluruh umat para Nabi dilarang
masuk sebelum umat Rasulullah saw masuk terlebih dahulu.”
Mendengar penjelasan malaikat Jibril as,
Rasulullah saw mengucapkan, “Alhamdulillah” setelah mendengar kabar gembira
pertama, dan “Kini puaslah hatiku dan lenyaplah rasa sedihku” setelah mendengar
kabar gembira kedua.
Akhirnya, beliau meminta malaikat maut mendekat.
Bersabda beliau, “Wahai malaikat maut, mendekatlah kepadaku.”
Malaikat maut menghampiri Rasulullah saw dan ia
mulai melaksanakan tugasnya, mencabut ruh Rasulullah saw.
Dan saat ruh Rasulullah saw sampai di pusat,
beliau bersabda, “Wahai Jibril, dahsyat benar rasa maut ini?” Jibril
memalingkan mukanya. Dan bersabda Rasulullah saw, “Wahai Jibril, tidak sukakah
engkau memandang wajahku?”
Jibril menjawab, “Wahai habiballah, siapakah yang
sampai hati memandang wajahmu yang sedang menghadapi sakaratul maut?”
Anas bin Malik ra berkata, “Ketika ruh Rasulullah saw
sampai ke bagian dada, Rasulullah saw bersabda: “Aku berpesan kepada kalian
untuk memelihara sholat dan hal-hal yang menjadi tanggung jawabmu.” Pesan itu,
beliau ulangi hingga terhenti bicaranya.”
Ali bin Abu Tholib ra berkata, “Ketika Rasulullah saw
menjelang akhir hayatnya, beliau menggerakkan bibirnya dua kali. Akupun
memperhatikan dengan baik ucapan terakhirnya, “Umatku. Umatku.” Beliau
ucapkan pelan-pelan, maka dicabutlah ruh Rasulullah saw tepat pada hari senin
bulan Rabi`ul awal.”
Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un.
***