Kamis, 10 Maret 2016

Hembusan Nafas Terakhir

Alkisah -- Salah seorang sahabat yang bernama Ibnu Mas`ud ra berkata:

Menjelang wafatnya Rasulullah saw, ada dua malaikat yang menghadap beliau, yakni malaikat maut dan malaikat Jibril.

Malaikat maut datang untuk berkunjung sekaligus mencabut nyawa Rasulullah saw atas perintah Allah SWT. Sedangkan malaikat Jibril datang untuk memberi dua kabar gembira kepada Rasulullah saw.

Kabar gembira pertama adalah tentang nikmat yang menggembirakan di sisi Allah SWT yang diperoleh Rasulullah saw setelah beliau wafat.

Dinyatakan oleh Jibril as bahwa pintu-pintu langit telah dibuka, malaikat-malaikat telah berbaris siap menyambut kehadiran ruh Rasulullah saw di langit, semua pintu surga telah dibuka, dan seluruh bidadari telah bersiap menyambut kehadiran ruh Rasulullah saw.

Kabar gembira kedua adalah tentang keadaan umat Rasulullah saw kelak di hari kiamat. Dijelaskan oleh Jibril as bahwa Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya semua Nabi dilarang masuk surga sebelum Rasulullah saw masuk terlebih dahulu. Dan begitu juga umatnya, seluruh umat para Nabi dilarang masuk sebelum umat Rasulullah saw masuk terlebih dahulu.”

Mendengar penjelasan malaikat Jibril as, Rasulullah saw mengucapkan, “Alhamdulillah” setelah mendengar kabar gembira pertama, dan “Kini puaslah hatiku dan lenyaplah rasa sedihku” setelah mendengar kabar gembira kedua.

Akhirnya, beliau meminta malaikat maut mendekat. Bersabda beliau, “Wahai malaikat maut, mendekatlah kepadaku.”

Malaikat maut menghampiri Rasulullah saw dan ia mulai melaksanakan tugasnya, mencabut ruh Rasulullah saw.

Dan saat ruh Rasulullah saw sampai di pusat, beliau bersabda, “Wahai Jibril, dahsyat benar rasa maut ini?” Jibril memalingkan mukanya. Dan bersabda Rasulullah saw, “Wahai Jibril, tidak sukakah engkau memandang wajahku?”

Jibril menjawab, “Wahai habiballah, siapakah yang sampai hati memandang wajahmu yang sedang menghadapi sakaratul maut?”

Anas bin Malik ra berkata, “Ketika ruh Rasulullah saw sampai ke bagian dada, Rasulullah saw bersabda: “Aku berpesan kepada kalian untuk memelihara sholat dan hal-hal yang menjadi tanggung jawabmu.” Pesan itu, beliau ulangi hingga terhenti bicaranya.”

Ali bin Abu Tholib ra berkata, “Ketika Rasulullah saw menjelang akhir hayatnya, beliau menggerakkan bibirnya dua kali. Akupun memperhatikan dengan baik ucapan terakhirnya, “Umatku. Umatku.” Beliau ucapkan pelan-pelan, maka dicabutlah ruh Rasulullah saw tepat pada hari senin bulan Rabi`ul awal.”

Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un.

***

Referensi: Abu H.F. Ramadlan BA, “Terjemah Duratun Nasihin”, Penerbit Mahkota, Surabaya.