Sabtu, 12 Maret 2016

Iblis, Adam dan Qabil

Hikmah -- Menurut pendapat beberapa ulama, seorang manusia dapat melakukan perbuatan dosa karena didorong oleh 3 sifat, yakni sifat sombong atau sifat rakus ataupun sifat dendam dengki yang ada dalam dirinya.

Pertama, awal mula dari sifat sombong ditunjukkan pertama kali oleh Iblis dihadapan Allah SWT, yakni pada saat diperintah oleh Tuhan untuk sujud kepada Adam.

Perintah sujud disini bukanlah menyembah kepada Adam, tapi perintah untuk memberikan penghormatan kepada ciptaan Tuhan, yakni manusia pertama, Adam.

Mengapa Iblis menolak? Iblis merasa lebih mulia dan lebih baik dibandingkan Adam. Selain itu, Iblis juga merasa bahwa dirinya makhluk yang lebih dulu diciptakan, lebih lama dalam beribadah dan lebih tinggi martabatnya dibandingkan Adam yang baru diciptakan Allah SWT.

Kesombongan itulah penyebab utama mengapa Iblis membangkang perintah Allah SWT. Karena pembangkangannya itu, akhirnya ia terusir dari Surga. Sebelum meninggalkan Surga, ia sempat bersumpah akan mengganggu dan menggoda Adam dan keturunannya sampai hari kiamat.

Sifat sombong ini dibisikan Iblis ke dalam dada manusia. Dan manusia yang memiliki sifat sombong dan bersikap sombong adalah bila ia (manusia) merasa paling benar, merasa paling bisa, sehingga ia meremehkan orang lain dan mencela kesalahan orang lain.

Kedua, awal mula sikap rakus ditunjukkan pertama kali oleh Adam saat tinggal di Surga. Di Surga, ia diberi kebebasan untuk makan apa saja, kecuali memakan buah khuldi.

Akibat bujuk rayu Iblis yang terus menerus menggodanya, sehingga timbul keinginan untuk menyenangkan hati istrinya itu, maka ia memetik buah khuldi dan memberikannya kepada istrinya.

Akibat dari sifat dan sikap rakusnya, maka Adam dan Hawa diperintahkan Tuhan untuk meninggalkan Surga dan menetap di dunia.

Ketiga, sikap dengki semula diperbuat oleh Qabil terhadap adiknya yang bernama Habil. Al-Qur'an menuturkan kisah anak-anak Adam dan pembunuhan satu dengan yang lainnya sebagai berikut:
Artinya:
“Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, lalu diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil)…." (Q.S. Al Maidah, 5: 27)

Hal ini yang menjadi penyebab Qabil yang tidak diterima amalannya, dan mengancam membunuh saudaranya (Habil) dan bersumpah:
Artinya:
“...: Ia berkata (Qabil):“Aku pasti membunuhmu!”…” (Q.S. Al Maidah, 5: 27)

Namun saudaranya (Habil) memberikan nasihat dan berkata, “Apabila demikian adanya, bukanlah salahku, melainkan salahnya berpulang kepadamu dimana perbuatanmu tidak disertai dengan takwa.”
Artinya:
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Al Maidah, 5: 27)

Habil berkata lagi,
Artinya:
“Sungguh kalau kamu mengerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menjulurkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al Maidah, 5: 28)

Habil berkata lagi, “Di samping itu, aku tidak ingin memikul dosa orang lain.”
“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri,…” (Q.S. Al Maidah, 5: 29) 

Habil berkata lagi, “Apabila kamu (Qabil) menjalankan ancamanmu dan membunuhku, maka beban dosa yang telah kulakukan pada masa lalu akan jatuh di pundakmu. Karena kamu telah membunuhku dan engkau harus membayar tebusannya dan karena kamu tidak memiliki amal kebaikan maka kamu harus memikul beban dosa-dosaku. Dan tentu saja dengan menerima tanggung jawab besar ini.”
Artinya:
“… maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al Maa`idah, 5: 29)

Dari ayat-ayat ini, dapat disimpulkan bahwa sumber pertama perbedaan, pembunuhan dan pelanggaran dalam dunia manusia adalah masalah dengki.

***

Referensi: Abu H.F. Ramadlan BA, “Terjemah Duratun Nasihin”, Penerbit Mahkota, Surabaya.