Selasa, 15 Maret 2016

Tsauban ra

Alkisah -- Pada suatu hari, salah seorang sahabat yang bernama Tsauban datang menghadap Rasulullah saw. Dia datang dengan raut muka yang berkusut, tubuhnya kurus kering kerontang dan terlihat sekali kesedihan di wajahnya.

Melihat perubahan pada diri pelayannya itu, Rasulullah saw bertanya kepada Tsauban, “Wahai Tsauban, apakah yang terjadi pada dirimu?”

Tsaubanpun menjawab, “Wahai Rasulullah saw, sebenarnya tubuhku tidak sakit, dan tidak menderita penyakit apapun. Kecuali, jika aku tidak melihatmu maka lenyaplah kesabaranku, sampai aku dapat bertemu denganmu.

Lalu, ingatanku tertuju ke akhirat. Maka timbullah rasa ke khawatiranku. Jangan-jangan aku tidak dapat melihat wajahmu disana. Sebab aku tahu pasti, kedudukanmu bersama dengan para Nabi terdahulu.”

“Dan seandainya aku masuk Surgapun, kondisi tempatku berbeda jauh dengan kedudukkanmu.

“Apalagi, jika aku tidak dimasukkan ke Surga maka untuk selama-lamanya aku tidak dapat memandang wajahmu. Kemudian, bagaimana dengan nasibku kelak di akhirat?”

Sesaat setelah sahabat yang bernama Tsauban ini menyampaikan keluh kesahnya, Allah SWT menurunkan wahyu kepada Rasullullah saw. Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Dan siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang di anugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”(Q.S. An Nisa, 4: 69)

Setelah menyampaikan ayat 69 dari surat An Nisa ini, Rasulullah saw bersabda kepada para sabahatnya: “Siapa bershalawat kepadaku di pagi hari sebanyak 10 kali dan 10 kali di petang harinya, maka ia pasti diselamatkan dari goncangan besar yang mengejutkan dihari Kiamat, dan ia berkumpul dengan para Nabi dan shiddiqin yang telah diberi nikmat oleh Allah SWT.”

***

Referensi: Abu H.F. Ramadlan BA, “Terjemah Duratun Nasihin”, Penerbit Mahkota, Surabaya.