Pada suatu ketika,
Iblis berjalan melintasi pemukiman penduduk, dia berpapasan dengan beberapa
orang pria. Lalu, salah seorang pria menegurnya, “Hai, Iblis. Apa yang harus
kulakukan supaya keadaanku seperti dirimu?”
Iblis
menjawab, “Celakalah kamu, wahai anak Adam! Belum pernah seorang manusiapun
meminta nasihat seperti itu kepadaku. Kau ini, kenapa kau meminta nasihat
seperti itu?”
Pria itu
menjawab, “Ya, karena memang kesukaanku seperti itu.”
Iblis langsung
menimpali keinginan pria itu, “Jika memang benar demikian, maka kau harus menganggap
entenglah sholat sehingga sholat itu kecil bagimu. Dan akhirnya, sholat tidak berharga
sama sekali bagimu.”
“Lalu, jangan pernah
kau hiraukan sumpah dan janjimu yang kau ucapkan, meskipun itu benar ataupun
bohong.”
“Jika kau
patuhi nasihatku ini, maka kau akan menjadi pengikut setiaku.”
Pria itu
menjawab, “Sesungguhnya aku telah berjanji kepada Allah SWT bahwa aku tidak akan
meninggalkan sholat dan tidak pula bersumpah, apapun itu.”
Celetuk Iblis,
“Tiada seorang manusia pun menuntut kepadaku untuk minta dinasehati dengan
mengungkapkan pendapatnya, kecuali kamu. Untuk itu, aku berjanji untuk tidak
akan menasehati anak cucu Adam.” (Kanzul Akbar).
***
Referensi: Abu H.F. Ramadlan BA, “Terjemah Duratun Nasihin”, Penerbit Mahkota, Surabaya.