Alkisah
-- Suatu hari, seorang ulama besar yang bernama Imam Az Zahidi hendak
membuktikan keyakinan tentang urusan rezeki.
Untuk itu,
Sang Imam melakukan perjalanan jauh seorang diri dengan menjelajahi bumi Allah
menuju daerah yang tidak dilewati seorang manusia pun.
Sampailah Sang
Imam di sebuah hutan yang lebat. Ia menuju bukit, masuk ke dalam goa yang
gelap gulita. Kemudian, ia duduk di sudut gua tersebut sambil berdzikir dalam
hatinya.
Di dalam benak
pikirannya, Sang Imam berkata, “Aku hendak mengamati dengan cara apakah Tuhanku
memberikan rezeki kepadaku di tempat sunyi dan sepi seperti ini?”
Tuhan Yang
Maha Kuasa mendengar ucapan Sang Imam. Dan Tuhan membuktikan Kuasa-Nya.
Beberapa hari kemudian, ada suatu rombongan kafilah
yang membawa barang dagangan melintasi hutan tersebut. Ketika hujan turun
lebat, mereka tersesat arah hingga mereka pun sibuk mencari tempat berteduh.
Masuklah mereka ke dalam gua dimana Sang Imam berada di dalam. Merekapun melihatnya. Dan salah seorang dari mereka bertanya, “Hai hamba Allah?”
Masuklah mereka ke dalam gua dimana Sang Imam berada di dalam. Merekapun melihatnya. Dan salah seorang dari mereka bertanya, “Hai hamba Allah?”
Sang Imam hanya
menjawab dalam hatinya, namun lisannya tak menjawab. Salah seorang dari mereka
berkata, “Mungkin dia kedinginan dan tak mampu bicara!”
Mereka mengumpulkan kayu kering dan membuat api unggun di dekat Sang Imam, dengan tujuan menghangatkan tubuh Sang Imam. Kemudian,
mereka mengajaknya berbicara lagi.
Lagi-lagi, Sang Imam tetap diam seribu bahasa. Sahut salah saorang dari mereka, “Ada kemungkinan dia kelaparan!”
Mereka menyiapkan makanan dan memberikan makanan tersebut dengan isyarat kepada Sang Imam. Sekali lagi, Sang Imam tidak mengambil makanan yang disediakan dan tetap diam membisu di tempat duduknya.
“Orang ini terlalu lama duduk di tempatnya sehingga ia tak kuat mengambilnya!”, kata seorang perempuan yang menyiapkan makanan.
Lalu,
perempuan lain menimpalinya, “Ya, betul. Dan pastinya, ia sudah lama tak makan
apapun!”
Mereka memasak susu hangat dan kolak manis supaya Sang Imam mau makan. Lagi-lagi, Sang Imam
tidak menolehkan mukanya. Berkatalah salah seorang dari mereka, “Sepertinya mulut dan
gigi-giginya tertutup rapat.”
“Coba kalian
buka mulutnya. Trus, buka gigi-giginya menggunakan pisau!”, perintah ketua rombongan.
Berdirilah dua
orang laki-laki. Mereka mengambil pisau untuk membuka mulut Sang Imam. Akhirnya,
usaha mereka tidak sia-sia. Mulut dan gigi Sang Imam terbuka. Mereka memasukkan
sesuap kolak ke mulut Sang Imam.
Hati Sang Imam
tergelitik geli melihat prilaku orang-orang kafilah itu yang terus menerus berusaha
memberi makan kepadanya tanpa kenal menyerah. Karena sudah tak tahan, akhirnya Sang
Imam tertawa terbahak-bahak.
“Ah, ahh,
ahhh, ahhhh………..”
“Sudah gilakah
Anda, Tuan?”, kata laki-laki yang memegang mulut Sang Imam terkaget sambil melompat
ke belakang. Begitupun laki-laki yang menyuapi kolak.
“Tidak!”,
jawab Sang Imam.
“Lalu…?”, tanya
pemimpin mereka.
Sang Imam pun
menjelaskan alasannya, “Aku sekali-kali
tidak gila. Begini. Aku hanya ingin membuktikan kekuasaan Allah SWT. Sampai
sejauh mana Tuhanku menjamin rezeki untukku.”
“Kini akupun tahu dengan pasti Allah SWT menjamin rezekiku dan rezeki hamba-hamba-Nya kapan saja, dimana saja hamba-Nya berada dan dengan cara apa saja. Itu yang sedang kubuktikan.”
“Kini akupun tahu dengan pasti Allah SWT menjamin rezekiku dan rezeki hamba-hamba-Nya kapan saja, dimana saja hamba-Nya berada dan dengan cara apa saja. Itu yang sedang kubuktikan.”
***
Referensi:
Abu H.F. Ramadlan BA, “Terjemah Duratun
Nasihin”, Penerbit Mahkota, Surabaya.